PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI
Manajer senatiasa harus mengantisipasi perubahan-perubahan dalam  lingkungan yang akan mensyaratkan penyesuaian-penyesuaian disain  organisasi diwaktu yang akan datang..
KEKUATAN-KEKUATAN PENYEBAB PERUBAHAN
Perubahan-perubahan dalam lingkungan organisasi dapat disebabkan oleh  kekuatan internal dan kekuatan eksternal. Berbagai kekuatan eksternal  dapat menekan organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan operasinya.  Sedangkan perubahan dari faktor internal seperti tujuan, kebijakan  manajer, sikap karyawan, strategi dan teknologi baru juga dapat merubah  organisasi
v     Kekuatan-kekuatan perubahan eksternal, meliputi :
o       Kebudayaan
o       Pendidikan
o       Sosial
o       Politik
o       Ekonomi
o       Teknologi
v     Kekuatan-kekuatan perubahan internal, meliputi :
o       Kegiatan-kegiatan karyawan
o       Tujuan organisasi
o       Strategi dan kebijaksanaa
o       Teknologi
CARA-CARA PENANGANAN PERUBAHAN
Cara menangani perubahan organisasi memerlukan pendekatan. Cara pertama  adalah konsep perubahan reaktif dan yang kedua program perubahan yang  direncanakan (Planed Cange).
Pada cara pertama biayanya murah dan sederhana serta ditangani secara  cepat, di mana manajer akan memberikan reaksi setelah masalah terjadi.  Misalnya bila peraturan pemerintah baru mensyaratkan perusahaan untuk  mempunyai perlindungan terhadap kebakaran mungkin manajer membeli  alat-alat kebakaran.
Pendekatan yang kedua atau juga disebut proses produktif, thomas dan  Bennis mendefinisikan perubahan yang direncanakan sebagai perencanaan  dan implementasi inovasi struktural, kebijaksanaan secara sengaja.  Pendekatan ini tepat bila keseluruhan atau sebagaian besar satuan  organisasi menyiapkan diri untuk menyesuaikan dengan perubahan.
Pendekatan ini mempunyai ruang lingkup yang lebih besar dan merupakan  sarana penanganan perubahan-perubahan yang menyangkut kelangsungan hidup  organisasi. Dan mengantisipasi baik perubahan-perubahan eksternal  maupun internal. Karena kompleksitas perubahan yang terjadi, manajer  harus lebih memahami pentingnya dan menggunakan perubahan organisasi  yang direncanakan. Peranan dari pengantar perubahan (change agent) yaitu  bertanggung jawab atas kepemimpinan dalam proses pengelolaan perubahan.  Individu, kelompok dan organisasi yang menjadi sasaran perubahan  disebut sistem klien.
PENOLAKAN TERHADAP PERUBAHAN
Bila perubahan terjadi, para manajer dan karyawan bereaksi baik secara  positif maupun negatif. Bila terjadi perubahan manajer dan karyawan  cenderung mendukung perubahan bila diarahkan pada penyebab nyata suatu  masalah dan mereka tidak dirugikan. Bisa juga mereka bersikap netral.  Reaksi-reaksi terhadap perubahan adalah sebagai berikut :
1.      Orang mungkin menyangkal bahwa perubahan sering terjadi. Bila  ini terjadi organisasi kemungkinan akan terus kehilangan efektivitasnya.
2.      Orang mungkin mengabaikan perubahan. Manajer menangguhkan  keputusan dengan harapan bahwa masalah yang terjadi akan hilang dengan  sendirinya.
3.      Orang mungkin akan menolak atau mungkin menentang perubahan. Karena berbagai alasan manajer dan karyawan
4.      Orang mungkin menerima perubahan dan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
5.      Orang mungkin mengantisipasi perubahan dan merencanakannya,  seperti yang banyak dilakukan perusahaan-perusahaan progresif.
Ada tiga sumber penolakan terhadap perubahan yaitu :
1.      Ketidak pastian tentang akibat dan pengaruh perubahan.
2.      Ketidak pastian untuk melepaskan keuntungan-keuntungan yang ada.
3.      Pengetahuan akan kelemahan-kelemahan dalam perubahan yang diusulkan.
Penanggulangan penolakan terhadap perubahan :
1.      Pendidikan dan komunikasi
Salah satu cara untuk menanggulangi penolakan terhadap perubahan adalah  sedini mungkin menginformasikan perubahan-perubahan yang telah  direncanakan dengan alasan logis.
2.      Partisipasi dan keterlibatan
Penolakan ini dapat dikurangi atau dihilangkan bila mereka yang  potensial dilibatkan dalam perancangan dan implementasi perubahan.
3.      Kemudahan dan dukungan
Cara lainnya adalah manajer memberikan kemudahan dan dukungan kepada mereka yang terlibat dalam proses perubahan.
4.      Negosiasi dan persetujuan
Contohnya persetujuan serikat, memberikan kenaikan pesangon pensiun  karyawan sebagai pertukaran dengan penghentian kerja yang lebih dini.
5.      Manipulasi dan bekerja sama
Dilakukan dengan memanipulasi kejadian-kejadian yang ada melalui  pemberitaan informasi secara selektif atau urutan kejadian dengan  sengaja. Bisa juga bekerja sama dengan orang kunci dalam suatu kelompok  dalam pemberian perancangan proses perubahan.
6.      Paksaan implisit dan eksplisit
Dilakukan dengan ancaman PHK, penundaan promosi dan lain sebagainya, bisa juga memindahkan ke ladang yang kering.
PROSES PENGELOLAAN PERUBAHAN
Proses pengelolaan perubahan harus mencakup dua gagasan  dasar untuk mencapai efektifitas organisasi. Pertama ada restribusi  kekuasaan dalam struktur organisasi, kedua restribusi ini dihasilkan  dari proses perubahan yang bersifat pengembangan.
Tahap-tahap proses perubahan :
1.      Tekanan dan desakan
Proses ini dimulai ketika manajemen puncak mulai merasa adanya kebutuhan  atau tekanan akan perubahan. Misalnya ada perubahan penjualan,  penurunan produktivitas dan sebagainya.
2.      Intervensi dan reorientasi
Digunakan untuk merumuskan masalah dan memulai proses dengan membuat  para anggota organisasi memusatkan perhatiannya pada masalah tersebut.  Pihak-pihak luar sering digunakan, juga staff internal yang dipandang  ahli serta dapat dipercaya sebagai konsultan atau pengantar perubahan.
3.      Diagnosa dan pengenalan masalah
Informasi dikumpulkan dan dianalisa mana yang penting dan mana yang tidak penting.
4.      Penemuan dan komitmen pada penyelesaian
Pengantar perubahan mencoba menyelesaikan masalah-masalah yang  diketemukan dan masuk akal dengan menghindari metode-metode lama yang  sama. Bawahan didorong dan diajak untuk berpartisipasi, sehingga mereka  lebih terikat pada serangkaian kegiatan.
5.      Percobaan dan hasil
Pada tahap keempat diuji dalam program-program yang berskala kecil dan hasilnya dianalisa.
6.      Pungutan dan penerimaan
Setelah diuji dan sesuai dengan keinginan, harus diterima secara  sukarela dan harus menjadi sumber penguatan dan menimbulkan keterikatan  pada perubahan.
BERBAGAI PENDEKATAN PERUBAHAN ORGANISASI
Harold J. Leavitt menyatakan bahwa organisasi dapat diubah melalui pengubahan struktur, teknologi dan atau orang-orangnya.
1.      Pendekatan struktur
Pengubahan struktur organisasi menyangkut modifikasi dan pengaturan  sistem internal, seperti acuan kerja, ukuran dan komposisi kelompok  kerja, sistem komunikasi, hubungan-hubungan tanggung jawab atau  wewenang. Pendekatan struktural dibagi menjadi tiga kelompok yang  terdiri dari :
v     Melalui aplikasi prinsip-prinsip perancangan organisai klasik.  Pendekatan ini berusaha untuk memperbaiki penciptaan pembagian kerja  yang tepat dari tanggung jawab jabatan para anggota organisasi,  pengubahan rentang manajemen, deskripsi jabatan dan sebagainya.
v     Melalui desentralisasi. Hal ini didasarkan pada penciptaan  satuan-satuan organisasi yang lebih kecil dan dapat berdiri sendiri dan  memutuskan perhatian pada kegiatan yang berorientasi tinggi. Hasilnya  perbaikan prestasi kerja.
v     Melalui modifikasi aliran kerja dalam organisasi. Pendekatan ini  didasarkan pada pemikiran bahwa aliran kerja dan pengelompokan keahlian  yang tepat akan berakibat kenaikan produktifitas secara langsung dan  cenderung memperbaiki semangat dan kepuasan kerja.
2.      Pendekatan teknologi
Untuk mremperbaiki prestasi F.W. Taylor dan pengikutnya mencoba  menganalisa dan memperbaiki interaksi-interaksi pada karyawan dan  mesin-mesin untuk meningkatkan efisiensi sehubungan dengan perubahan  teknologi adakalanya perubahan yang dilakukan ternyata sering tidak  cocok dengan struktur organisasi.
Hal ini dapat menciptakan ketidak senangan dan pemutusan hubungan  diantara para anggota organisasi akibanya terjadi penurunan  produktifitas lebih banyak kecelakaan dan tingkat perputaran karyawan  yang tinggi.
Penggabungan pendekatan struktural dan pendekatan teknologi  (teknostruktural) bermaksud memperbaiki prestasi melalui perubahan  berbagai aspek, baik struktur organisasi maupun teknologinya, contohnya  pengenalan teknologi baru yang diikuti pengorganisasian kembali  bagian-bagian menjadi lebih kecil.
3.      Pendekatan orang
Pendekatan orang bermaksud untuk mengubah secara langsung perilaku  karyawan melalui pemusatan pada keterampilan sikap, prsepsi dan  pengharapan mereka, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan efektif.
KONSEP PENGEMBANGAN ORGANISASI
Definisi yang dikemukakan oleh Wendel Fench dan Cecil Bell tentang  pengembangan organisasi adalah suatu usaha jangka panjang untuk  memperbaiki proses-proses pemecahan masalah dan perubahan organisasi,  terutama melalui manajemen budaya organisasi yang lebih efektif dan  kolaborasi dengan tekanan khusus pada  budaya tim-tim kerja formal,  dengan bantuan pengantar perubahan, katalisator dan penggunaan teori dan  teknologi ilmiah keperlilakuan terapan, mencakup riset kegiatan.
Melalui proses pembaharuan, manajer dapat menyesuaikan gaya  dan tujuan pemecahan masalah untuk memenuhi berbagai permintaan  pengubahan lingkungan organisasi. Salah satu tujuan pengembangan  organisasi adalah untuk memperbaiki proses pembaharuan organisasi itu  sendiri.
Manajemen kolaburatif artinya menajemen melalui partisipasi  bawahan dan pembagian kekuasaan, dan bukan melalui perubahan wewenang  secara hirarkis.
v     GRID OD
Salah satu teknik pengembangan organisasi adalah Grid OD yang didasarkan  atas kisi-kisi manajerial. R. Blake dan J. Mouton mengidentifikasikan  berbagai kombinasi perhatian terhadap produk dan orang. Enam tahap yang  perlu diperhatikan dari program Grid OD, yaitu :
1. Latihan
Para manajer kunci mempelajari konsep-konsep grid dan menerapkan dalam  seminar panjang. Mereka menilai gaya manajerial mereka sendiri dan  bekerja pada perbaikan keterampilan seperti pengembangan tim, pemecahan  masalah kelompok dan komunikasi. Setelah instruksi cocok maka  mengimplementasikan program grid diseluruh organisasi.
2. Pengembangan tim
Pusat perhatiannya pada perbaikan hubungan baik manajer dengan bawahan maupun efektivitas tim.
3. Pengembangan antar kelompok
Memusatkan pada hubungan antara kelompok-kelompok kerja organisasi untuk memperbaiki koordinasi dan kerjasama.
4. Penetapan tujuan organisasi
Manajer puncak menciptakan model organisasi yang ideal dengan menetapkan  tujuan-tujuan yang telah diuji, dan dirumuskan bersama-sama dengan para  manajer dan bawahan di seluruh organisasi.
5. Pencapaian tujuan
Para anggota organisasi berusaha membuat model realitas yang ideal.  Setiap satuan organisasi dan memeriksa tentang bagaimana  kegiatan-kegiatan yang seharusnya dijalankan agar hasilnya lebih baik  dan bila perlu mengoreksi kegiatan.
6. Stabilitas
Dari semua tahap hasil-hasilnya dievaluasi untuk menemukan bidang-bidang  organisasi mana yang masih membutuhkan perbaikan atau perubahan.  Stabilitas harus tetap dilakukan terhadap perubahan-perubahan yang  positif dan mengidentifikasikan bidang-bidang kesempatan baru bagi  organisasi.
v     Berbagai kondisi keberhasilan program pengembangan organisasi
1. Pengenalan bahwa organisasi mempunyai banyak masalah.
2. Penggunaan ahli keperilakuan dari luar sebagai konsultan.
3. Dukungan dan keterlibatan top manajer.
4. Keterlibatan para pemimpin kelompok kegiatan.
5. Pencapaian sukses awal dengan usaha pengembangan organisasi.
6. Pendidikan bagi anggota tentang pengembangan organisasi.
7. Penghargaan terhadap kekuatan-kekuatan manajer.
8. Keterlibatan manajer departemen personalia.
9. Pengembangan sumber daya organisasi internal.
10. Manajemen efektif program pengembangan organisasi.
11. Pengukuran hasil.
MANAJEMEN KONFLIK
Konflik organisasi adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih  anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang  langka, atau aktivitas kerja dan atau karena mereka mempunyai status,  tujuan, penilaian atau pandangan yang berbeda.
Perbedaan antara konflik dengan persaingan ( kompetensi) terletak pada  apakah salah satu pihak dapat mencegah pihak lain dalam pencapaian  tujuannya ? kompetensi terjadi, apabila tujuan kedua belah pihak tidak  sesuaim, akan tetapi kedua belah pihak tidak dapat saling mengganggu.  Sebagai contoh dua bagian pemasaran komputer yang saling bersaing dalam  satu organisasi, dimana kedua bagian tersebit siapakah yang pertama  mencapai atau memenuhi keuota penjualan yang paling banyak. Jika dalam  hal ini tidak ada kemungkinan untuk mencari usaha pihak lain dalam  mencapai tujuannya maka terjadilah kompetisi, akan tetapi apabila ada  kemungkinan untuk mencampuri itu dan memang dilakukan terjadilah  konflik.
Sedang kerjasama (kooperasi) terjadi bila dua tau lebih pihak yang  bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Ada kemungkinan konflik dan  kerjasama berdampingan, lawan kerjasama adalah bukan konflik, tetapi  tidak ada kerjasama. Manajemen konflik (pengelolaan konflik) berarti  bahwa para manajer harus berusaha menemukan cara untuk mengembangkan  konflik dan koperasi.
Jenis-Jenis Konflik
Ada lima jenis ( tipe ) konflik dalam kehidupan organisasi yaitu :
1.      Konflik didalam individu
Konflik ini timbul apabila individu merasa bimbang terhadap pekerjaan  mana yang harus dilakukannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling  bertentangan atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari  kemampuannya.
2.      Konflik antar individu dalam organisasi yang sama
Konflik ini timbul akibat tekanan yang berhubungan dengan kedudukan atau perbedaan-perbedaan kepribadian.
3.      Konflik antar individu dan kelompok
Konflik ini berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk  keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka, contohnya  seseorang yang dihukum karena melanggar norma-norma kelompok.
4.      Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama.
Adanya pertentangan kepentingan antar kelompok.
5.      Konflik antar organisasi
Akibat adanya bentuk persangingan ekonomi dalam sistem perekonomian  suatu negara. Konflik semacam ini diakui sebagai sarana untuk  mengembangkan produk baru, teknologi, jasa-jasa, harga yang lebih rendah  dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara lebih efisien.
Metode-Metode Pengelolaan Konflik
1.      Metode Stimulasi Konflik
Metode ini digunakan untuk menimbulkan rangsangan karyawan karena  karyawan pasif yang disebabkan oleh situasi dimana konflik terlalu  rendah. Rintangan semacam ini harus diatasi oleh manajer untuk merngsang  konflik yang produktif.
Metode stimulasi konflik meliputi :
* Pemasukan atau penempatan orang luar ke dalam kelompok
* Penyusunan kembali organisasi
* Penawaran bonus, pembayaran intensif dan penghargaan untuk mendorong persaingan
* Pemilihan manajer-manajer yang tepat
* Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan.
2.      Metode pengurangan konflik
Metode ini mengurangi permusuhan ( antagonis ) yang ditimbulkan oleh  konflik dengan mengelola tingkat konflik melalui pendinginan suasana”  akan tetapi tidak berurusan dengan masalah yang pada awalnya menimbulkan  konflik itu.
Metode pertama adalah mengganti tujuan yang menimbulkan persaingan  dengan tujuan yang lebih bisa diterima kedua kelompok metode kedua  mempersatukan kelompok tersebut untuk menghadapi ancaman atau musuh yang  sama.
3.      Metode penyelesaian konflik
Metode ini dipusatkan pada tindakan para manejer yang dapat secara langsung mempengaruhi pihak-pihak yang bertentangan.
Ada tiga metode yang sering digunakan, yaitu :
v     Dominasi dan penekanan
Metode ini dapat terjadi melalui cara-cara :
o       Kekerasan (forcing) yang bersifat penekanan otokratik.
o       Penenangan (smoolling ) yaitu cara yang lebih diplomatis.
o       Penghindaran (avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas.
o       Penentuan melalui suara terbanyak (majority rule) mencoba untuk  menyelesaikan konflik antar kelompok dengan melakukan pemungutan suara  (voting) melalui prosedur yang adil.
v     Kompromi (Compromise)
Manajer mencari jalan keluar yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang  saling berselisih untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Keputusan  dicapai melalui kompromi bukannya membiarkan pihak-pihak yang berkonflik  merasa tenggelam dalam frustasi dan bermusuhan. Akan tetapi kompromi  merupakan metode yang lemah untuk menyelesaikan konflik, karena biasanya  tidak menghasilkan penyelesaian yang dapat membantu untuk tercapainya  tujuan organisasi. Bentuk-bentuk kompromi meliputi :
o       Pemisahan (separation) dimana pihak-pihak yang sedang bertentangan dipisahkan sampai mereka menyetujui.
o       Arbitrasi (perwasitan) dimana pihak-pihak yang berkonflik tunduk kepada pihak yang ketiga.
o       Kembali ke peraturan yang berlaku, penyelesaian berpedoman  kepada peraturan (resort to rules) dimana kemacetan dikembalikan pada  ketentuan yang tertulis yang berlaku dan membiarkan peraturan memutuskan  penyelesaian konflik.
o       Penyuapan (bribing) dimana salah satu pihak menerima beberapa kompensasi sebagai imbalan untuk mengakhiri konflik.
v     Pemecahan masalah secara menyeluruh
Dengan metode ini konflik antar kelompok diubah menjadi situasi dimana  kelompok-kelompok yang sedang berselisih bersama-sama berusaha mencari  penyelesaian bagi masalah yang timbul yang dapat diterima semua pihak.  Hal ini manajer perlu mendorong bawahannya agar bekerjasama untuk  mencapai tujuan bersama, melakukan pertukaran gagasan secara bebas, dan  menekankan usaha-usaha penyelesaian integratif.
Ada tiga metode untuk menyelesaikan konflik, yaitu :
o       Konsensus, dimana pihak-pihak mengadakan pertemuan untuk mencari  pemecahan-pemecahan yang terbaik, bukan mencari kemenangan bagi  masing-masing pihak.
o       Metode konfrontasi, dimana pihak-pihak yang saling berhadapan  menyatakan pandangannya secara langsung satu sama lain, dengan  kepemimpinan yang trampil dan kesediaan semua pihak untuk mendahulukan  kepentingan bersama, kerap kali dapat ditemukan penyelesaian yang  rasional.
o       Penggunaan tujuan-tujuan yang lebih tinggi, dapat juga menjadi  metode penyelesaian konflik bila tujuan tersebut disetujui bersama.
Konflik Struktural
1.      Konflik Hirarki, konflik yang terjadi diberbagai tingkatan  organisasi. Contoh konflik manajemen puncak dengan manajemen menengah,  konflik antar manajer dengan karyawan.
2.      Konflik Fungsional, konflik yang terjadim antar departemen  fungsional organisasi. Contoh konflik antar bagian produksi dengan  bagian pemasaran dengan bagian produksi dan sebagainya.
3.      Konflik Linistaf konflik yang terjadi antar lini dengan staf karena ada perbedaan-perbedaan di antara keduanya.
4.      Konflik Formalinformal, konflik yang terjadi antara organisasi formal dengan informal.
Konflik lini dan staf
Bentuk umum dari konflik organisasi adalah konflik antara para anggota  lini dan staf. Perbedaan ini memungkinkan para anggota lini dan staf  untuk melaksanakan tugas mereka masing-masing secara efektif.
Pandangan lini :
Para anggota lini berpendapat bahwa para anggota staf mempunyai empat keluarga :
1.      Staf melampaui wewenang
2.      Staf tidak memberikan advis yang sehat
3.      Staf menumpang keberhasilan lini
4.      Staf mempunyai prespektif yang sempit
Pandangan staf
1.      Lini tidak mau meminta bantuan staf pada waktu yang tepat
2.      Lini menolak gagasan baru
3.      Memberi wewenang yang terlalu kecil kepada staf
Penanggulangan Konflik Lini dan Staf
1.      Penegasan tentang tanggung jawabnya
2.      Pengintegrasian kegiatan-kegiatan
3.      Mengajarkan lini untuk menggunakan staf
4.      Mendapatkan pertanggung jawaban staf atas hasil-hasil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar