KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi  dalam organisasi sangatlah penting karena dengan adanya komunikasi maka  seseorang bias berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar  pikiran yang bias menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau  menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar  atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara terperinci.
 Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan komunikasi secara terpisah diantaranya :
1)    Keith Davis
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dan pengertian dari satu orang ke orang yang lain.
2)    Chester I Barnard
Komunikasi  adalah suatu alat dimana orang-orang yang bersangkutan saling  berhubungan satu sama lain dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan  umum.
3)    Koontz O’Donnell
Komunikasi adalah sebagai suatu pemindahan informasi dari satu orang ke orang yang lain.
Dari  ketiga pendapat diatas bias disimpulkan bahwa di dalam komunikasi harus  mencakup tiga hal penting agar komunikasi tersebut berhasil baik :
1.    Harus ada si pembawa berita atau biasa disebut komunikator (Sender)
2.    Harus ada si penerima berita atau biasa disebut komunikan (Receiver)
3.    Berita atau informasi yang akan disampaikan
Dalam  suatu organisasi komunikasi dilakukan untuk menyampaikan berita,  perintah dari atasan, pemberitahuan kebijakan perusahaan, ataupun untuk  menanggapi masalah bawahan atau keluhan bawahan. Dengan demikian  keluhan, masalah maupun informasi yang diperlukan antar karyawan maupun  antar atasan-bawahan bias dilakukan/diselesaikan dengan baik.
Adapun agar komunikasi yang dilakukan antar 2 orang atau lebih bisa berhasil baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.    Jelas yaitu dinyatakan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh si penerima berita
2.    Tepat dalam halo rang yang dituju untuk diberi berita atau informasi yang perlu  disampaikan
3.    Sasaran tujuan memberikan berita atau informasi sebaiknya sesuai dengan yang diharapkan si pengirim
Biasanya  seseorang yang melakukan komunikasi dengan seseorang mempunyai tujuan  yang berbeda-beda tergantung pada maksud pribadi seseorang. Seseorang  yang melakukan komunikasi dengan orang lain bertujuan untuk memberikan  informasi kepada orang yang menerima berita tersebut. Bisa juga  seseorang yang melakukan komunikasi dengan orang lain karena bertujuan  untuk memperoleh berita yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaannya  tetapi bias juga seseorang yang melakukan komunikasi dengan orang lain  karena bertujuan untuk merundingkan sesuatu atau musyawarah untuk  mencapai persetujuan diantara mereka.
Bentuk jelasnya bagaimana komunikasi terjadi bias dilihat dalam ilustrasi sebagai berikut :
1)    One Way Traffic 
Komunikasi  satu arah yang artinya komunikasi ini terjadi jika seseorang yang  mengirim berita tidak bermaksud untuk menerima umpan balik (respon) dari  orang yang menerimanya secara langsung. Jadi hanya bermaksud memberikan  informasi atau menyampaikan perintah dari atasan untuk dikerjakan  karyawan.
2)    Two Way Traffic
Komunikasi  yang terjadi antara seseorang dengan orang lain dimana kedua orang  tersebut sama-sama aktif dalam memberikan tanggapan. Jadi baik  komunikator maupun komunikan sama-sama aktif dalam berinteraksi.
Two  Way Traffic ini biasanya dilakukan diantara sesame teman atau sesame  karyawan yang berada dalam tingkatan struktur organisasi yang sama.
Bagaimana  kalau komunikasi dilakukan oleh lebih dari dua orang sedangkan dalam  komunikasi tersebut jumlah orang yang melakukan komunikasi terus  bertambah ?
Menurut  J.E Walters dalam suatu organisasi bias dicari berapa jumlah arus tata  hubungan yang terjadi kalau penambahan jumlah orang yang melakukan  komunikasi terus bertambah. 
Dari  gambar diatas jelas terdapat 4 orang pejabat yaitu Kabag I, kabag II,  Kabag III dan Kepala Biro, sehingga kemungkinan komunikasi yang terjadi  adalah sebagai berikut :
1)    Komunikasi antara Kepala Biro dengan masing-masing Kabag secara dua arah                          sejumlah 6 arah komunikasi.
2)    Komunikasi  antara masing-masing Kabag baik antara Kabag I dengan Kabag II maupun  Kabag I dengan Kabag III atau Kabag II dengan Kabag III secara dua arah  komunikasi.
3)    Dari  komunikasi yang terbentuk antara Kepala Biro dengan Kabag maupun antara  sesame Kabag terjadi sebanyak 12 arus tata hubungan komunikasi.
Adapun menurut J.E Walters, jumlah arus tata hubungan tersebut bias dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
                        R    =    N      (   N     -     1     )
Di mana :        
R     adalah Relationship yaitu tata hubungan yang terjadi sebagai akibat bertambahnya jumlah orang yang melakukan komunikasi.
N     adalah Number yaitu jumlah artinya jumlah orang yang ada dalam  organisasi atau jumlah anggota organisasi atau bias juga jumlah unit  kerja dalam organisasi.
Jadi  rumus tersebut di atas menjelaskan secara matematis bahwa jumlah tata  arus hubungan ayang ada dalam suatu organisasi sama dengan jumlah  orang-orang yang ada dalam organisasi dikalikan jumlah tersebut  dikurangi satu.
Sebagai  contohnya lihat pada gambar diatas : Pada gambar diatas bias diketahui  bahwa jumlah orang yang ada dalam organisasi adalah 4 orang sehingga  jumlah arus tata hubungannya adalah sebagai berikut :   
                         
R = 4 ( 4 - 1 )
R = 4 ( 4 - 1 )
       =  4  x  3
       =  12
Dari  hasil Relationship yang terjadi tersebut diatas menunjukan bahwa  penambahan setiap anggota organisasi akan mengakibatkan penambahan arus  tata hubungan ( komunikasi ) dalam suatu organisasi. Adapun dengan  adanya tata hubungan yang terjadi dalam suatu organisasi inilah yang  merupakan factor intern dari suatu organisasi yang menyebabkan  organisasi tersebut bersifat dinamis dalam arti selalu berkembang  mengikuti perubahan anggota organisasi maupun perubahan lingkungan  organisasi baik yang bersifat intern maupun ekstrem.
Jadi  arus tata hubungan timbale balik yang ada pada suatu organisasi  menunjukkan adanya komunikasi ( interaksi ) sesame anggota organisasi,  baik untuk mengadakan komunikasi dalam arti memberikan perintah dari  atasan, memberikan keterangan yang harus dimengerti karyawan maupun  komunikasi dalam arti laporan dari hasil prestasi karyawan.
Disamping  bentuk-bentuk komunikasi yang bias terjadi dalam suatu organisasi  diatas bias dilihat juga bagaimana komunikasi bias dilakukan antara  orang yang satu dengan orang yang lain. Adapun cara-cara komunikasi  dilakukan bisa melalui :
1)    Komunikasi Langsung
Yaitu  komunikasi yang dilakukan dalam menyampaikan berita, laporan maupun  perintah antara si pengirim berita (komunikator) kepad si penerima  berita (komunikan) dilakukan secara langsung. Sehingga kalau si penerima  berita melakukan respon umpan balik yang terjadi juga diterima oleh si  pengirim berita juga secara langsung (pada saat itu juga).
2)    Komunikasi tidak langsung
Komunikasi  yang terjadi jika dalam menyampaikan berita tidak dilakukan secara  langsung, hanya melalui orang lain ataupun secara tertulis. Komunikasi  ini mengakibatkan umpan balik yang terjadi juga tertunda.
3)    Komunikasi horizontal
Komunikasi  ini terjadi apabila pesan, berita laporan maupun informasi yang  disampaikan oleh komunikator kepada si komunikan bertujuan untuk  menjalin hubungan baik dengan sesame karyawan maupun bertujuan untuk  melakukan koordinasi dalam bekerja sama.
4)    Komunikasi formal
Komunikasi  yang dilakukan antara sesama anggota organisasi disesuaikan dengan  urutan/tingkatan dalam struktur organisasi. Kalau komunikasi formal  disampaikan dari atasan ke bawahan komunikasi ini biasanya digunakan  untuk menyampaikan perintah.
Akan tetapi kalau komunikasi dilakukan dari bawahan ke atasan maka komunikasi ini biasanya digunakan untuk menyampaikan laporan.
5)    Komunikasi informal (The Grapevine)
Komunikasi informal yang terjadi karena adanya komunikasi antara sesame karyawan dalam suatu organisasi.
Komunikasi  informal (the grapevine) biasanya disebarluaskan melalui desas-desus  atau kabar angin dari mulut ke mulut dari satu orang ke orang yang  lainnya dalam suatu organisasi dimana kebenarannya tidak bias dijamin  karena kadang-kadang bertentangan dengan perusahaan.
Jadi  agar komunikasi informal bisa bermanfaat maka seorang pemimpin harus  bisa memakai jalur ini untuk memperlancar berjalannya komunikasi formal  perusahaan (komunikasi informal ini jangan sampai mengakibatkan  timbulnya desas-desus yang meresahkan karyawan).
BAGAIMANA MENYALURKAN IDE MELALUI KOMUNIKASI
Tadi  telah diterangkan diatas bahwa dalam berkomunikasi harus ada si  pengirim berita (sender) maupun si penerima (receiver). Akan tetapi  dalam prakteknya proses komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang  kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun tahap-tahapan tersebut bias  digambarkan sebagai berikut :
Dalam  membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam  rangka membina koordinasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan  arah dan tujuan organisasi.
Agar  tercapai koordinasi dalam kerjasama itu sangat penting dilaksanakannya  komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga  koordinasi dan kerja sama benar-benar dapat dilaksanakan  setepat-tepatnya. 
Pengambilan  keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya,  karena dalam akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga  merupakan pencerminan dari adanya koordinasi dari kerja sama yang  tercipta dalam lingkungan perusahaan atau lingkungan organisasi.
HAMBATAN-HAMBATAN KOMUNIKASI
Suatu  ketika keluarga kecil yang memiliki anak berumur lebih kurang tiga  tahun pulang kampung mengunjungi orang tuanya. Betapa senang hati si  nenek karena mendapat kunjungan dari anak dan cucunya. Mereka bermain  dan bercengkrama bersama hingga sore hari. Merekapun bermaksud untuk  kembali pulang kerumah. Karena si nenek masih rindu dan ingin bermain  dengan cucunya, maka si nenek meminta agar si cucu tinggal dan tidur  bersamanya. Akhirnya karena si nenek mendesak dan si cucupun mau, maka   jadilah si cucu menginap di rumah nenek dan kedua orang tuanya pun  pulang
Tengah malam, si cucu terbangun dari tidurnya ingin buang air kecil. Lalu dia membangunkan neneknya. “Nek bangun nek, aku mau nyanyi”. ( rupanya si cucu sudah terbiasa dengan orang tuanya klo mau buang air bilang mau nyanyi). Si nenekpun bangun dan berkata: “Cu, ini kan udah malam, besok aja nyanyinya ya”. Lalu merekapun tidur lagi.
Tidak berapa lama, si cucupun terbangun karena sudah gak tahan mau buang air kecil. “nek bangun nek, aku mau nyanyi”, si cucu terus merengek kepada neneknya. Karena gak tahan dengan rengekan cucunya maka si nenek berkata: “baiklah, kamu nyanyinya di teliga nenek saja ya”.  Kontan si cucupun mengencingi telinga neneknya. Dan nenekpun terpaksa  menahan marahnya. Rupanya orang tua si cucu lupa memberitahukan kepada  si nenek kalau si cucu mau buang air dia akan bilang mau nyanyi.
Demikianlah  sebuah anekdot yang berhubungan dengan hambatan dalam beromunikasi.  Banyak hal yang bisa menghambat untuk terjadinya komunikasi yang  efektif. Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F  dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip oleh Herujito (2001), ada  beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu :
1.    Mendengar.  Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau  informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita  dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin  kita dengar.
2.    Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3.     Menilai sumber.  Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak  kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung  mengabaikannya.
4.    Persepsi yang berbeda.  Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan  tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa  menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5.    Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda.  Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman  kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang  berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu  menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
6.    Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.  Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan  bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi  dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7.    Pengaruh emosi.  Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi.  apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan  ditanggapinya.
8.    Gangguan. Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.
Itulah  beberapa hal yang dapat menghambat terjadinya komunikasi yang efektif.  dari anekdot tadi dapat kita lihat bahwa kata “nyanyi” di artikan  berbeda antara si nenek dengan si cucu.  Nenek mengartikan kata nyanyi  dengan arti sebenarnya, sedangkan si cucu, -karena telah biasa  menggunakan kata nyanyi untuk buang air kecil-, mengartikan “nyanyi”  sebagai buang air kecil.
Semoga kita bisa meminimalisir hambatan-hambatan tersebut, sehingga komunikasi yang efektif bisa terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar